Langkah demi langkah terus dia
tapaki menyusuri setiap tempat yang ramai dikunjungi. Fokus utamanya ialah
mencari sosok yang bisa dia ajaki. Lisannya lancar meluncurkan kata kata lembut
guna menarik hati pendengar agar mampu menerima perkataannya dengan baik.
Senyum tampak mengembang lebar diwajahnya. Matanya pancarkan tatapan kesejukan
yang mampu hipnotis orang dihadapannya hingga mereka pun merasakan keteduhan.
Hati mereka saling bertemu. Ruh mereka berbenturan dan saling berbicara. Sang
Pendengar pun berhasil ditaklukkan hatinya. Dan bersama dengannya, pendengar
bergerak mengikuti sosok yang mengajaknya itu. Tak ada keterpaksaan. Ini murni
ajakan lisan. Perkataan Lisan yang lembut seperti yang Rasulullah contohkan.
Mereka sudah hampir sampai. Sang
pengajak sudah hampir tiba ditempat tujuan. Dibelakangnya tampak jelas orang
mengikutinya . Tampak raut senang diwajah mereka karena memang ajakannya tak
bersifat paksaan. Ini murni ajakan
ruhani yang berhasil menggetarkan dan menggugah orang yang mendengarkan. Hingga
akhirnya mereka sampai kesini. Ke
Majelis Ilmu. Yang lain tampak sudah menunggu mereka. Senyum demi senyum
menyambut kedatangan mereka yang mengikuti sosok pengajak. Ukhuwah terasa
begitu kental. Ruh mereka terasa saling berdekapan. Suasana yang tercipta pun
penuh ketenangan. Menentramkan. Hingga tak salah jika nanti mereka yang
mendengarkan datang kesini lagi Tanpa perlu adanya ajakan. Karena bukan cuman jasad mereka yang cinta majelis ini, tapi ruh mereka
pun menyukainya. Bahkan sangat menyukainya.
Rangkaian
cerita singkat diatas adalah paragraph pembuka dalam tulisan kali ini.
Peristiwa singkat yang terus ditekuni oleh para pegiat pegiat dakwah dimanapun
mereka berada. Mengajak orang tiada henti, Dan menyeru kebaikan setiap waktu.
Bersabar dalam menyeru mereka yang tak tergugah. Dan menjaga mereka yang telah
menempuh jalur yang lurus. Inilah mereka, para pegiat dakwah.
Namun.
Ada 1 hal yang ingin saya tekankan pada tulisan kali ini. Akan hal penting yang
mungkin melupakan kita semua. Yakni : Dakwah
adalah kelembutan. Mengajak dengan penuturan kata yang lembut. Dan menyeru
dengan ajakan kasih sayang. Kelembutan seperti yang telah Rasulullah contohkan
dalam setiap usahanya mengajak manusia kedalam kebaikan. Seperti Perilaku yang
selalu ia ajarkan dalam setiap penuturan kata demi kata ajakan yang terus ia
luncurkan. Berada diposisi Rasul tak lantas buatnya kasar kepada para target
sasaran yang ia dakwahi. Kata katanya tetap lembut walau sang pendengar tak
menerima ajakan yang ia berikan. Tak ada bentuk paksaan yang ia tunjukkan,
meski cacian dan hinaan pendengar yang tak menerima begitu tajam. Padahal Ia
Rasul Allah. Ia diposisi yang benar. Sosok yang akidahnya lurus. Namun apakah
ada paksaan dalam setiap ajakannya ?
Kita seringkali melupakan hal ini. Meletakkan kelembutan dan kasih sayang dalam aktivitas dakwah kita. Merasa diposisi benar, kadang membuat kita lupa diri. Target sasaran yang tak menerima ajakan, kita hadiahi cacian keburukan. Seolah olah kita adalah sosok penghuni surga dan mereka itu adalah para penghuni neraka. Kita benar dan mereka salah !
Mengajak
dengan lembut dan mengajak dengan paksaan adalah hal yang berbeda. Seseorang yang terpaksa melakukan sesuatu
cenderung sulit mencintai hal yang disampaikan. Jiwanya memang menunjukkan
perilaku menerima ajakan, tapi hatinya gelap. Hitam pekat karena cahaya
kebaikan yang disampaikan dengan paksaan tidak mampu menerobos masuk ke dalam
hatinya. Hingga tidak timbul cinta yang murni terhadap hal yang ia
lakukan. Maka, jangan lah heran jika
banyak orang yang mundur dan merubah arah haluan ke kiri dan kanan. Mereka
mundur karena memang dari awal rasa yang
timbul ialah keterpaksaan. Bukanlah cinta.
“ Maka berkat rahmat dari Allah-lah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kau bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu .. (Q.S Ali
Imran 159)
Maka dari
itulah penting untuk kita pahami bersama, bahwa tugas para pengemban dakwah adalah terus menerus menyeru kepada
kebaikan. Menyuplai nasehat nasehat kebenaran kepada siapapun dan dimanapun.
Tak perlu letakkan paksaan didalamnya karena kita disini hanyalah diposisi pengajak
dan tak mampu menggerakkan hati mereka. Penggerak hati yang sesungguhnya ialah
Allah swt. untuk itu Berlemah lembutlah :)
Teruntuk
para pegiat dakwah yang saya cintai, jika memang mereka tak mendengarkan ajakan
kebenaran kita. Tak mengacuhkan ajakan kita kejalan yang lurus. Jangan lantas
menjadikan kita memaksakan kehendak agar mereka mengikuti setiap perkataan
kita. Karena dakwah bukanlah paksaan.
Dakwah perlu kelembutan agar setiap yang mendengarkan mampu merasakan kebenaran
yang kita sampaikan. Dakwah perlu ketekunan agar yang disampaikan mampu
menyentuh nurani hati yang mendengarkan. Jika memang ajakan kita tak mampu
luluhkan hatinya, yang perlu kita lakukan ialah berdoa. Seraya terus berusaha
memprovokasinya tak kenal henti sampai kebenaran mampu masuk perlahan kedalam
hatinya. Dan tolong tetap jangan kita lupakan ajakan kasih sayang ini. Karena
sekali lagi, Dakwah bukanlah paksaan. Ia adalah kelembutan dan ajakan kasih
sayang.
“Sesungguhnya Allah Maha Penyantun, Ia
menyukai sifat penyantun (lemah lembut) dalam segala urusan, dan memberikan
dalam lemah lembut apa yang tidak diberikan dalam kekerasan dan apa yang tidak
diberikan dalam selainnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Dan
untuk menutup tulisan kali ini, ijinkanlah
penulis untuk terus memprovokasi kalian semua lewat tulisan tulisan ini.
Biarkan penulis menjadi provokator yang akan menghasut semuanya untuk
tinggalkan kemungkaran dan bergegas menuju kebenaran. Sang Provokator yang akan
terus mengompori setiap kita untuk mereguki manisnya ilmu. Provokator
yang mengajak dengan kelembutan dan ajakan kasih sayang. Bukan dengan paksaan . Karena Kita lah #ProvokatorKebaikan !
:: Semoga
kalian semua senantiasa diberikan kekuatan dan kesehatan untuk terus mem
#PROVOKASI semua orang untuk bergerak kejalan yang benar. Berjuanglah :)
0 komentar:
Posting Komentar