Selasa, 24 Mei 2016

Katanya tentang Rindu ~

Jika kita bilang pertemuan akan membunuh rindu. Maka , nyatanya kita hanya menyemai benihnya. Menyiramnya untuk lebih tumbuh subur lagi. Membiarkan akarnya semakin kuat tertanam mencengkram hati. Pertemuan hanya akan mengokohkannya. Bahkan tanpa jumpa sekalipun, rindu tak akan mudah layu. Pertumbuhannya tak kan langsung berhenti. Ia akan bertahan. Dengan atau tanpa pertemuan .

Jika kita kira pertemuan akan menghilangkan rindu. Maka, nyatanya ia hanya memperbanyak diri. Pertemuan hanya akan memicu sel sel rindu untuk membelah diri. Memperbanyak dirinya , dan kemudian kembali menelan kita. Dalam rindu yang lebih dalam (tentunya).

Jika kita kira pertemuan akan  mengobati rindu. Nyatanya, dengan temu sekalipun. Tak ada yang terobati. Baik dirimu dan juga hatimu. Tak ada yang tau dosis yang tepat untuk mengobatinya. Kita hanya pandai untuk menambah rasanya. Bukan untuk mengobatinya.

Jika kita bilang pertemuan dapat melepaskan rindu. Nyatanya, jumpa sekalipun tak lantas membebaskan rindu di dadamu untuk terbang tinggi mengangkasa. Kita hanya melepaskannya 'sejenak', untuk kemudian kita raih dan bawa ia kembali pulang kerumahnya. Kemudian, dengan waktu dan jarak , kita akan merawat dan membesarkannya . Rindu.

Jika kita sangka pertemuan dapat membuang rindu. Nyatanya, tak ada yang pernah terbuang dari rindu. Kita telah lebih dulu mengurung dan memenjarakannya. Seolah rindu adalah tahanan seumur hidup bagi hati kita. Terlebih bagi diri kita sendiri. Orang tua yang telah membesarkannya.

Jika kita bilang pertemuan adalah obat peredam. Maka, kenyataan yang terjadi tak pernah benar. Nyatanya hukum bahwa "pertemuan mampu meredam rindu" justru berlaku sebaliknya. Pertemuan hanya akan menambah intensitas rindu. Ianya menjadi obat yang menambah candu. Candu untuk terus bertemu (pastinya).Bukan malah mengurangi atau menghilangkannya.

Jika kita bilang pertemuan adalah obatnya rindu. Mungkin, lebih tepat kalau kita katakan ia adalah 'narkoba'nya rindu. Yang semakin sering temu, justru hanya akan semakin meningkat dosisnya. Dari tatap ke tatap. Dari waktu ke waktu. Dari hari ke hari. 

Bagi rindu, waktu selalu saja menjadi lawan tarung. Pertemuan selalu saja terasa singkat. Dan jarak selalu saja dirasa lama. Waktu telah 'berhasil' mengontrol kita sepenuhnya. Ntah mereka benci pada kita, atau rindu kita yang tak bisa akur dengan mereka . Tak ada yang tau. Nyatanya, tak ada pertemuan yang lama bagi kita. Bahkan, selama apapun 'tetap' saja akan terasa singkat.

Mungkin, kita harus duduk menjadi pendamai antara rindu dan waktu . Duduk berdiskusi mendengar cerita rindu tentang waktu dan diam menyimak cerita waktu tentang rindu. Menarik persamaan antara rindu dan waktu lalu mengurai benang kusut yang ada pada keduanya. Siapa yang benar antara mereka ? Atau justru mereka yang salah ? Siapa ? Rindu ? waktu ? Atau malah salah kita yang tak mampu berdamai dengan keduanya ?

Ah. Ntahlah.
Jika mereka lebih memilih untuk membunuh rindu dengan temu. Biarlah mereka dengan cara mereka.
Kita hanya cukup dengan cara kita merindu. Menikmati tiap detak yang datang tanpa membiarkan satu nyawapun yang hilang. Nyawa kita sendiri dan nyawa rindu. Nikmati saja, setiap waktu yang kita alami dengan berjalan beriringan bersamanya. Bersama rindu.

Bahkan, jika jarak tak pernah akur dengan kita, setidaknya kita telah menjadi hebat dengan memilih untuk merindu tanpa temu, dan merindu dalam doa .

Nikmati saja :)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;