Kamis, 31 Juli 2014 0 komentar

Aku Muslim Ramadhan ? ?

Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita . Bulan beserta keagungannya ini telah menjauh. Kenikmatan qiyamul lail tarawih berjamaah dan gema tadarusan dilangit malam pun tak lagi bisa kita rasakan. Sahut sahutan tilawah dari masjid satu ke masjid lain tak bisa didengar lagi. Amalan sunnah kini telah kembali menjadi sunnah dgn tak lagi bernilai wajib. Ah. Nyatanya mereka tlah pergi. Pergi tanpa meninggalkan kepastian bahwa kita telah sukses mengisinya hingga digelari takwa. Pergi tanpa dapat kita pastikan, masih milik kita kah ramadhan tahun depan ? Atau malah setahun kedepan kita sedang mengisi umur umur kita yang tak lagi bersisa panjang ?

Memikirkan ramadhan yang telah pergi hanya menyisakan penyesalan penyesalan atas ketidakmaksimalan pengabdian didalamnya. Pergi saat baru saja mulai menikmati. Ya Tapi mau gimana lgi, Ramadhan memang telah pergi dan itulah kenyataannya.
 
Namun, jika ditelaah lebih jelas. ada hal aneh yang juga muncul seiring dengan kepergian ramadhan. Fakta ini kontras umum terjadi di masyarakat islam pada umumnya. Yakni kondisi muslim ramadhan dan muslim seutuhnya. "Muslim Ramadhan" ?? Ntahlah. Tidak ada maksud untuk mengkotak kotakkan definisi dari muslim itu sendiri. Hanya saja, pertanyaan yang mungkin muncul pasca syawal dtg ialah "are we moeslim are ramadhan ?". "Apakah kita muslim hanya saat ramadhan ?" Apakah selama kita hidup kita hanya menjadi muslim saat ramadhan dan kembali kepada kekufuran saat ramadhan pergi ?"

Ya. Muslim Ramadhan. Berlomba lomba dalam pengabdian di bulan ramadhan, dan kembali menghilang saat ramadhan pergi. Lihatlah shaf yang tak lagi ramai. Jajaran sendal yang tak sesesak sebulan yang lalu. Lalu lalang orang yang berpakaian rapi dengan wewangian untuk memenuhi panggilan-Nya . Kemana suasana itu dan dimana kita sekarang ? Apakah ramadhan pergi juga membawa pergi semangat pengabdian kita ? Apakah perginya ramadhan secara langsung menghapus kewajiban kita dibulan yang lain ?

Ya. Ramadhan memang telah pergi. Tapi seharusnya semangat mengabdi kita harus tetap tinggal.Ramadhan bukan lah bulan tradisi. Karena sholat dan ibadah yang lain jga bukan ibadah tradisi yang hanya sebulan setahun. Itu kewajiban kita. Dan bukan tradisi. Sebagaimana tertuang dalam Firman-Nya :

"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia , melainkan untuk beribadah kepada-Ku" (Adz- Zariyat)

Kewajiban mengabdi kita ialah sampai ruh berpindah alam . Maka selama kita bernafas dan bertebaran dimuka bumi, maka mengabdilah. Ketidakseriusan kita dalam  mengabdi hanya akan menyusahkan diri kita saat penghisaban seluruh amal kita nanti.
 
Karena amal kita yang dihisab bukanlah amalan saat ramadhan saja. Tapi saat kita hiduo didunia. 11 bulan membangkang dan 1 bulan mengabdi ? Secara matematis, tentunya kita telah tau dimana kita ditempatkan nanti jika kita begini. Hitungan-Nya mungkin tak bisa kita samakan, tapi mencari posisi terbaik dengan mengejar sebanyak banyak amal bukanlah lebih mengamankan ? :)

Maka dari itu, Pahamilah. Ramadhan itu bulan persiapan . Bulan mempersiapkan bekal untuk menggempur godaan setan yang akan jauh lebih berat 11 bulan kedepan. Memang setan berada diposisi diikat dibulan itu, dan bebas dibulan lain. Tapi bukankah menang dengan perlawanan lebih menyenangkan ? :)

Pahamilah. Bahwa segala pengabdian yang selama ini kita lakukan ialah pengabdian seumur hidup. Pengabdian tak sebatas ramadhan. Karena bkan ramadhan lah tempat kita mengabdi, tapi Allah swt dzat yang kita sembahi.

Maka ijinkan kami mengutip dan merubah redaksi nasihat Abu Bakar kepada Umar dan seluruh kaum muslimin saat Rasulullah saw mengakhiri kehidupannya dimuka bumi.
 
"Barangsiapa yang ibadahnya karena Ramadhan , maka pahamilah bahwa ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Tapi barangsiapa yang hidup dan ibadahnya karena Allah swt, maka ketahuialah 
bahwa Allah swt tak akan pernah meninggalkan kita" :)
 
;