Jumat, 06 November 2015

Ada Cinta : Dari MR Untuk Kita ~



Dulu, siapalah kita. Jangankan sholat lima waktu, panggilan adzan aja mungkin tak pernah kita hiraukan. Memikirkan akhirat ? ah, apalagi soal yang satu itu. Memikirkan dunia dan segala urusannya saja udah ribet. Lagipula kan masih muda, umur masih panjang, taatnya entar entaran aja. Nanti kalau udah tuaan dikit.

Dulu, siapalah kita. Jangankan kepikiran memikirkan kemashlatan umat, untuk memikirkan diri sendiri saja sudah menyita banyak waktu dan menguras kinerja otak. Urusan sendiri saja menumpuk, ngapain harus mikirin orang lain ? mending fokus sendiri saja ngurus kehidupan pribadi. Toh kesuksesan kedepanpun tergantung usaha kita hari ini. Lagipula, untuk apa mikirin orang lain ? gak penting juga. Mending urus diri masing masing saja. Lebih jelas .

Dulu, siapalah kita. Kepikirian untuk taat mah ada, tapi realisasi nya yang tak ada. Yang penting gak nakal, berbakti sama orang tua, jadi anak baik. Ya . mungkin gitu. Urusan taat mah ntaran aja, yang penting baik. Udh itu.


Saya rasa, sebagian besar begitulah potret kita sebelum kita mengenal islam secara rinci. Bahkan lebih jauh dari itu, tepatnya begitulah kita sebelum kita mengenal mereka, sosok sang penuntun hidayah yang telah Allah sediakan , Murobbi kita. Figur tangguh yang telah merangkul kita sejauh ini , bahkan sampai hari ini.

Jika kita pikirkan kembali, Siapa yang mengira kita bisa sampai sejauh ini ? Seseingin ini menebar kebaikan ? Sebegitu getol menambah banyak kafaah keislaman ? Seserius itu Memikirkan umat dan akhirat ? Apa semuanya instan terjadi murni karena diri kita sendiri ? Karena kita yang menginginkannya ?

Ya. Kurasa memang kitalah yang menginginkan melakukan itu semua. Persoalannya bukan hanya tentang keinginan kita saja. Tapi tentang nutrisi yang hadir untuk “menghadirkan keinginan” kita itu. Asupan nutrisi ruhani yang terus disuplai oleh guru guru kita, murobbi murobbi kita .

Jika kita bisa sampai di titik ini sekarang , maka pahamilah ada peran keuletan mereka untuk mengajak kita tak pernah jemu. Bahkan, disaat kita terjerumus kemalasan, terkungkung dunia , maka merekalah yang sedia waktu dan pasang badan untuk hapus kemalasan dan melepaskan jerat dunia. Merekalah yang sibuknya berkali kali lipat tapi tetap saja ikhlas memikirkan dan mengisi kekosongan ruhani kita. Bahkan disaat kita kadang mangkir hadir di ‘pertemuan pekanan’ kita dengan alasan kesibukan kesibukan kita. Tugas kuliah lah, kerja lah , inilah, itulah . Seolah mengesampingkan kesibukan mereka , yang bahkan jauh lebih padat dibandingkan kita. Tapi , sampai sejauh ini, kita semua pasti sadar, bahwa mereka tak pernah marah . Tak pernah merasa disibukkan. Tak pernah menggantikan ‘pertemuan pekanan’ kita tanpa alasan yang tidak jelas. Bahkan , perkumpulan yang harusnya bersama keluargapun, akhirnya habis untuk kita. Yang dirasanya sebagai ‘keluarga’ baru yang juga dicintainya.

Jika kita bisa sampai sejauh ini sekarang, maka pahamilah ada cinta dan sayang yang tak pernah putus . Ada perduli yang tak pernah habis. Dan ada nama kita disetiap pinta yang mereka ucapkan terus. Bahkan , mungkin intensitasnya jauh lebih banyak dibandingkan perduli yang kita sediakan , cinta dan sayang yang kita beri , dan mendoakannya di setiap doa. Tapi, begitulah mereka, murobbi murobbi kita.

Jika hari ini kita bisa sampai disini, ketitik ini, maka ada mereka yang merangkul kita melewati proses proses metamorfosa diri. Yang akan mengulurkan tangan disaat kita hampir kembali jatuh dalam keburukan, berlari mengejar disaat kita mencoba menjauhi-Nya , dan menguatkan tanpa banyak menuntut. Iya. Tak banyak menuntut kita walaupun kita banyak tuntutan kepada mereka. Tak puas dengan materi inilah, itulah, pengen yang lebih dalam lagi belajarnyalah, dan masih banyak lagi . Padahal, siapa kita dan apa hak kita menuntut mereka ? Bukannya sampainya kita disini karena ada mereka yang tak menuntut kita untuk cepat menerima perintah Allah ? Bukankah kita bisa dititik ini, karena mereka, murobbi murobbi kita memberikan kita pengawalan ekstra hingga kita bisa melalui proses proses ini ? Pahamilah, jika mereka menuntut kita untuk cepat paham, mungkin kita tak disini sekarang, karena kita tak siap menerima kebenaran yang langsung tanpa proses.

Jika hari ini kita baik, semangat untuk mengumpulkan amal, maka itu tak murni karena kita sendiri. Ini juga karena tangan tangan mereka , murobbi murobbi kita yang sabar merangkul walau kita kadang tak mau dirangkul . Yang tak malu menjemput disaat kita tak ingin datang di pertemuan . Siapa kita jika tak bertemu mereka ?

Jika hari ini kita baik, dapat menikmati rangkaian ketaatan kita sebagai hamba-Nya dengan hikmat. Maka , ini juga karena peran mereka yang membawa hidayah dari-Nya mudah kita terima. Ini juga karena kesabaran mereka yang tak meninggalkan kita saat kita tak bisa langsung menerima hidayah . Lantas siapa kita jika hari ini merasa tak puas dan ingin meninggalkan mereka ?

Jika hari ini semangat belajarmu begitu menggebu. Keinginanmu untuk berdakwah begiu membara. Maka, sadarilah bahwa itu bukan karena diri kita sendiri. Ini juga karena mereka kawan . Yang rela mengkhusukan waktu waktu sibuk mereka , untuk meniupkan angin kencang pelecut api semangat. Yang menyiram minyak untuk membesarkan kobaran api. Lantas, siapa kita jika merasa tidak puas ? Belum cukupkah semua yang mereka beri ?


Jika ada hal yang harus kita hadirkan untuk mereka, maka hal itu bukanlah tuntutan ketidakpuasan. Melainkan tentang ‘rasa syukur’ atas scenario-Nya yang telah mempertemukan kita dengan mereka. Bukan tentang keinginan mendapatkan ilmu ilmu baru yang lebih rinci (walaupun ini juga penting dan kita pun menginginkannya), tapi tentang cinta dan kesabaran. Cinta atas kasih sayang yang terus mereka beri, dan kesabaran untuk menerima mereka seperti tulusnya penerimaan mereka kepada kita.


Berterimakasihlah atas kesabaran yang tak pernah habis dari mereka untuk kita yang banyak mengesalkannya. Atas senyuman yang hadir walau sakit terus kita beri. Atas waktu yang mereka khidmatkan. Atas kasih sayang yang mereka berikan. Dan untuk nama nama kita yang selalu ada disetiap doa yang mereka panjatkan.



Berterimakasihlah. Jika hari ini kita bisa sampai sejauh ini. Sekali lagi ini bukan murni karena kita sendiri. Tapi ini juga ada peran mereka, murobbi murobbi tangguh kita.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)


Semoga segala kebaikan yang hari ini kita buat, segala upaya yang hari ini kita lakukan, menjadi ladang pahala bagi kita dan mengalir deras di tangan kanan murobbi murobbi kita . Semoga pertemuan kita semua, Allah kekalkan. Sampai nanti kita pulang kekampung halaman kita. Di Surga-Nya .

‘Apabila penghuni surga telah masuk kedalam surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu didunia. Mereka bertanya tentang sahabat sahabat mereka kepada Allah swt. “ Ya Rabb, kami tidak melihat saudara saudara kami yang sewaktu didunia shalat bersama kami, puasa bersama kami,” Maka Allah berfirman, “Pergilah ke nereka , lalu keluarkanlah sahabat sahabat yang dihatiny ada imam walaupun hanya sebesar zarrah.” (Al Hadist)

Semoga kecintaan kita, menjadikan kita saling mengingat satu sama lain disaat nanti orang sibuk dengan urusan mereka sendiri di akhirat. Thank you, my murobbi ~

0 komentar:

Posting Komentar

 
;