Sabtu, 12 April 2014

Ujian Menyampaikan




“Saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kesabaran ”. Tentunya kalian semua pernah membaca, mendengar ataupun sudah mengetahui tentang penggalan kata diatas. Ayat terakhir yang terdapat di bagian juz akhir, tepatnya Surah Al Ash ayat ke 3 ini setidaknya memberikan kita bocoran agar kita dapat hidup untung didunia tanpa memperoleh kerugian. Yakni, membagi bagikan nikmat islam yang kita pahami dan amalkan kepada setiap mereka yang mungkin belum merasakan. Yang sudah berislam, tapi mungkin belum benar benar tercelupkan (sibghoh). Dan cara menyebarkan ini tentunya salah satunya bisa kita lakukan dengan menyampaikan. Tak perduli ianya lewat lisan, ketikan ataupun tulisan, berjilid jilid cetakan, ataupun segala kicauan di sosmed. Toh, mereka semua emang sarana yang ada untuk memudahkan kita dalam menyebarkan segala kebaikan. Maka itu, sangatlah disayangkan jika ianya hanya digunakan untuk berbagi kegalauan dan kegiatan yang dialami sehari hari. Karena bisa jadi, yang lain pun tak ingin dengarkan dan tau aktivitas yang kalian ceritakan. #eh


(Ok, dilanjutkan) ..

Allah swt. Telah karuniakan kepada diri kita segala kenikmatan yang tak terhingga harganya. Namun, upaya nasihat menasihati ini nyatanya bisa kita lakukan dengan nikmat lisan yang dititipkan. Dengan karunianya ini, kita berpeluang menjadi orang yang tak berakhir membawa banyak kerugian. Karena, dengan ini, kita punya alat untuk saling nasihat menasihati antar sesama. Yakni dengan menyampaikan.

Tapi, tunggu dulu, deretan ungkapan diatas hanyalah pembuka dalam tulisan ini. Pembuka yang tidak akan diteruskan ke isi dan di akhiri dengan penutup. Karena kali ini , aku tak begitu tertarik menjelaskan tentang bagaimana menyampaikan dan segala tekhnik tekhniknya. Toh, ianya begitu mudah dan pastinya sedikit membosankan bagi kalian yang telah terjun langsung melakukan. Mungkin juga, ini bukanlah tulisan yang didedikasikan buat kalian semua, tapi lebih diperuntukkan untuk diri sendiri. Aku lebih senang menyebut tulisan ini dengan kata “masalah”. Masalah yang menjadi masalah dan memberi masalah.

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Menyampaikan adalah hal yang mudah. Mayoritas dari kita mungkin mengiyakan ini. Hanya cukup bersuara,kemukakan pendapat, maka apa yang kita ingin sampaikan tersampaikan. Simple dan tak menguras banyak tenaga. Bahkan dengan segala ketikan pun juga bisa menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Mudahkan ?

Ah, aku sendiri tak suka dengan paragrafh diatas. Jika dulu, aku termasuk kedalam mereka yang mengiyakan, tapi sekarang aku justru muak atas apa yang dulu telah aku ‘iyakan’. Semua pemikiran kolot itu tiba tiba hancur seiring dengan ujian penyampaian yang datang. Dan segala pertanggung jawaban pun hrus dilakukan sebagai upaya pembenaran dari apa yang disampaikan.

Bukankah masalah hanya akan tetap jadi masalah jika ianya tak diselesaikan ? Bukankah masalah hanya akan jadi masalah jika tak dicari jalan menuntaskan ?

Ikhwahfillah sekalian,

Menyampaikan memanglah tampak mudah. Karena mata tak pernah punya kemampuan menilai secara benar. Boleh jadi jiwa tampak terang , namun kalbu pekat lantaran dominannya dosa. Mata tak pernah mampu melihat yang kasat. Ia hanya mampu melihat wujud. Dan jika tetap beranggapan bahwa menyampaikan itu mudah, maka sampaikanlah. Karena ujian menyampaikan baru akan datang setelah kita menyampaikan. #UjianMenyampaikan

Menyampaikan memang tampak mudah. Mudah jika ianya tak butuh pembuktian dan pertanggung jawaban . Memang mudah jika ianya tak harus dilakukan. Tapi, nyatanya menyampaikan tidak lah semudah itu.  Karena selepas itu, padahal yang harus diselaraskan. Ucapan dan tindakan kita. #UjianMenyampaikan

Menyampaikan memang tampak mudah. Mudah jika kita tak perlu menjadi apa yang kita ucapkan. Mudah jika kita tak perlu lakukan apa yang kita lisankan. Faktanya, menyampaikan butuh ini. Butuh pembuktian . #UjianMenyampaikan

Ujian menyampaikan bukan hanya tentang penolakan. Bukan juga tentang sinisnya balasan. Ia lebih kepada diri kita sendiri. Tentang bagaimana kita merekatkan ucapan dan perilaku menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Yang berjalan beriringan tanpa adanya pertentangan. #UjianMenyampaikan

Ujian Menyampaikan juga bukan hanya tentang mereka yang tak mendengarkan. Tapi juga tentang diri kita sendiri. Tentang konsistennya sikap atas segala ucapan yang dikeluarkan. Tak mempermasalahkan mereka yang tak mengubris ajakan, dan tetap melaju lurus dengan perilaku yang identik dengan segala yang telah lisan luncurkan. #UjianMenyampaikan

Menyampaikan memanglah tampak seperti masalah. Tapi justru lebih bermasalah jika kita tak menyampaikan kebaikan. Ingatlah, Nasihat menasihati adalah salah satu cara menghindarkan kerugian. #UjianMenyampaikan

Sampaikanlah walau mungkin akan mendapat masalah. Sampaikanlah ia sesemangat menyampaikan kesia siaan. Masalah pasti akan berakhir. Karena sesudah kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. #UjianMenyampaikan

Tanggung jawab setelah menyampaikan memanglah berat. Tapi, membuktikan ucapan adalah sesuatu yang hebat. Menyampaikan berpeluang menjadikan kita pribadi yang untung. Dan membuktikan ucapan berpeluang menjadikan kita pribadi yang bertanggung jawaban. #UjianMenyampaikan

Adakalanya kesulitan itu datang sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri kita. Karena bisa jadi, tanpa kesulitan kita bukanlah kita yang sekarang ini. Kita yang sekarang adalah kita yang telah menyelesaikan segala masalah yang datang kemarin. #UjianMenyampaikan

Jangan berhenti menyampaikan. Karena sayang jika lisan hanya didiamkan atau digunakan untuk hal yang tiada menghasilkan. Sejatinya menyampaikan bukanlah masalah. Tanggung jawab dan kesesuaian perilaku kitalah yang sering menjadi masalah .#UjianMenyampaikan

Sampaikan kebaikan tak kenal lelah. Dan teruslah konsistenkan segala perilaku dan ucapan.  Karena Ia membutuhkan pembuktian kebenaran cinta. Bukan ucap tanpa ada bentuk pembuktian. #UjianMenyampaikan

Semoga kita terus diberikan kemudahan dan kepahaman atas agama ini. Kepahaman yang melahirkan cinta. Cinta yang melahirkan pembuktian. Dan pembuktian yang menghantarkan kita ke Surga-Nya. #UjianMenyampaikan

Ibnu Atha’illah Al-Iskandari mengatakan : “Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu, namun tidak membukakan pintu penerimaan. adakalanya Dia menetapkanmu berbuat dosa, namun ternyata itu menjadi sebab sampainya dirimu kepada-Nya.”

0 komentar:

Posting Komentar

 
;