“Saling nasihat menasihati dalam
kebaikan dan kesabaran ”. Tentunya kalian semua pernah membaca, mendengar
ataupun sudah mengetahui tentang penggalan kata diatas. Ayat terakhir yang
terdapat di bagian juz akhir, tepatnya Surah Al Ash ayat ke 3 ini setidaknya
memberikan kita bocoran agar kita dapat hidup untung didunia tanpa memperoleh
kerugian. Yakni, membagi bagikan nikmat islam yang kita pahami dan amalkan
kepada setiap mereka yang mungkin belum merasakan. Yang sudah berislam, tapi
mungkin belum benar benar tercelupkan (sibghoh). Dan cara menyebarkan ini
tentunya salah satunya bisa kita lakukan dengan menyampaikan. Tak perduli ianya
lewat lisan, ketikan ataupun tulisan, berjilid jilid cetakan, ataupun segala kicauan
di sosmed. Toh, mereka semua emang sarana yang ada untuk memudahkan kita dalam
menyebarkan segala kebaikan. Maka itu, sangatlah disayangkan jika ianya hanya
digunakan untuk berbagi kegalauan dan kegiatan yang dialami sehari hari. Karena
bisa jadi, yang lain pun tak ingin dengarkan dan tau aktivitas yang kalian
ceritakan. #eh
(Ok, dilanjutkan) ..
Allah swt. Telah karuniakan
kepada diri kita segala kenikmatan yang tak terhingga harganya. Namun, upaya
nasihat menasihati ini nyatanya bisa kita lakukan dengan nikmat lisan yang dititipkan.
Dengan karunianya ini, kita berpeluang menjadi orang yang tak berakhir membawa
banyak kerugian. Karena, dengan ini, kita punya alat untuk saling nasihat menasihati
antar sesama. Yakni dengan menyampaikan.
Tapi, tunggu dulu, deretan ungkapan
diatas hanyalah pembuka dalam tulisan ini. Pembuka yang tidak akan diteruskan
ke isi dan di akhiri dengan penutup. Karena kali ini , aku tak begitu tertarik
menjelaskan tentang bagaimana menyampaikan dan segala tekhnik tekhniknya. Toh,
ianya begitu mudah dan pastinya sedikit membosankan bagi kalian yang telah terjun
langsung melakukan. Mungkin juga, ini bukanlah tulisan yang didedikasikan buat
kalian semua, tapi lebih diperuntukkan untuk diri sendiri. Aku lebih senang
menyebut tulisan ini dengan kata “masalah”. Masalah yang menjadi masalah dan memberi
masalah.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Menyampaikan adalah hal yang
mudah. Mayoritas dari kita mungkin mengiyakan ini. Hanya cukup
bersuara,kemukakan pendapat, maka apa yang kita ingin sampaikan tersampaikan. Simple
dan tak menguras banyak tenaga. Bahkan dengan segala ketikan pun juga bisa
menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Mudahkan ?
Ah, aku sendiri tak suka dengan
paragrafh diatas. Jika dulu, aku termasuk kedalam mereka yang mengiyakan, tapi
sekarang aku justru muak atas apa yang dulu telah aku ‘iyakan’. Semua pemikiran
kolot itu tiba tiba hancur seiring dengan ujian penyampaian yang datang. Dan segala
pertanggung jawaban pun hrus dilakukan sebagai upaya pembenaran dari apa yang
disampaikan.
Bukankah masalah hanya akan tetap
jadi masalah jika ianya tak diselesaikan ? Bukankah masalah hanya akan jadi
masalah jika tak dicari jalan menuntaskan ?
Ikhwahfillah sekalian,
Menyampaikan memanglah tampak
mudah. Karena mata tak pernah punya kemampuan menilai secara benar. Boleh jadi
jiwa tampak terang , namun kalbu pekat lantaran dominannya dosa. Mata tak
pernah mampu melihat yang kasat. Ia hanya mampu melihat wujud. Dan jika tetap
beranggapan bahwa menyampaikan itu mudah, maka sampaikanlah. Karena ujian
menyampaikan baru akan datang setelah kita menyampaikan. #UjianMenyampaikan
Menyampaikan memang tampak mudah.
Mudah jika ianya tak butuh pembuktian dan pertanggung jawaban . Memang mudah
jika ianya tak harus dilakukan. Tapi, nyatanya menyampaikan tidak lah semudah
itu. Karena selepas itu, padahal yang
harus diselaraskan. Ucapan dan tindakan kita. #UjianMenyampaikan
Menyampaikan memang tampak mudah.
Mudah jika kita tak perlu menjadi apa yang kita ucapkan. Mudah jika kita tak
perlu lakukan apa yang kita lisankan. Faktanya, menyampaikan butuh ini. Butuh pembuktian
. #UjianMenyampaikan
Ujian menyampaikan bukan hanya
tentang penolakan. Bukan juga tentang sinisnya balasan. Ia lebih kepada diri
kita sendiri. Tentang bagaimana kita merekatkan ucapan dan perilaku menjadi
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Yang berjalan beriringan tanpa adanya
pertentangan. #UjianMenyampaikan
Ujian Menyampaikan juga bukan
hanya tentang mereka yang tak mendengarkan. Tapi juga tentang diri kita
sendiri. Tentang konsistennya sikap atas segala ucapan yang dikeluarkan. Tak
mempermasalahkan mereka yang tak mengubris ajakan, dan tetap melaju lurus
dengan perilaku yang identik dengan segala yang telah lisan luncurkan. #UjianMenyampaikan
Menyampaikan memanglah tampak
seperti masalah. Tapi justru lebih bermasalah jika kita tak menyampaikan
kebaikan. Ingatlah, Nasihat menasihati adalah salah satu cara menghindarkan
kerugian. #UjianMenyampaikan
Sampaikanlah walau mungkin akan
mendapat masalah. Sampaikanlah ia sesemangat menyampaikan kesia siaan. Masalah
pasti akan berakhir. Karena sesudah kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. #UjianMenyampaikan
Tanggung jawab setelah
menyampaikan memanglah berat. Tapi, membuktikan ucapan adalah sesuatu yang
hebat. Menyampaikan berpeluang menjadikan kita pribadi yang untung. Dan membuktikan
ucapan berpeluang menjadikan kita pribadi yang bertanggung jawaban. #UjianMenyampaikan
Adakalanya
kesulitan itu datang sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri kita. Karena bisa
jadi, tanpa kesulitan kita bukanlah kita yang sekarang ini. Kita yang sekarang
adalah kita yang telah menyelesaikan segala masalah yang datang kemarin. #UjianMenyampaikan
Jangan berhenti menyampaikan.
Karena sayang jika lisan hanya didiamkan atau digunakan untuk hal yang tiada
menghasilkan. Sejatinya menyampaikan bukanlah masalah. Tanggung jawab dan
kesesuaian perilaku kitalah yang sering menjadi masalah .#UjianMenyampaikan
Sampaikan kebaikan tak kenal
lelah. Dan teruslah konsistenkan segala perilaku dan ucapan. Karena Ia membutuhkan pembuktian kebenaran
cinta. Bukan ucap tanpa ada bentuk pembuktian. #UjianMenyampaikan
Semoga kita terus diberikan
kemudahan dan kepahaman atas agama ini. Kepahaman yang melahirkan cinta. Cinta
yang melahirkan pembuktian. Dan pembuktian yang menghantarkan kita ke
Surga-Nya. #UjianMenyampaikan
Ibnu Atha’illah Al-Iskandari mengatakan : “Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu, namun tidak membukakan pintu penerimaan. adakalanya Dia menetapkanmu berbuat dosa, namun ternyata itu menjadi sebab sampainya dirimu kepada-Nya.”
0 komentar:
Posting Komentar