Tak
ada yang lebih menakutkan dan menggetarkan hati selain membahas tentang pemutus
kehidupan. Pemberhentian pengabdian seorang hamba menuju pembalasan atas abdi
yang diberi semasa berkelana didunia. Sebuah Pintu menuju gerbang kehidupan
kekal dan abadi . Pintu yang menghubungkan dunia kini ke Ruang tak terbayangkan
yang sudah lama menunggu untuk ditempati. Ntah ianya tempat yang menyenangkan
hati dan menyedapkan mata, Atau malah tempat derita yang penuh dengan balasan siksa
akibat durhaka pada-Nya.
Ini tentang kematian. Tentang sarana penghapus kenikmatan dunia menuju pembalasan yang adil. Tentang keberpindahan ruh dialam kefanaan menuju alam tempat berkekalan. Alam dimana semua perkara akan diberikan perhitungan dan ganjaran . Kebaikan dinilai kebaikan. Dan keburukan dinilai keburukan. Semua akan ditimbang untuk mengukur besar kecilnya ketaatan yang diberikan semasa hidup dan bertebaran dibumi. Hisab Allah adalah perhitungan teradil. Hisab yang akan memperhitungkan perbuatan sampai bagian terkecil sekalipun. Semuanya akan dihitung tuntas tanpa tersisa sama sekali. Dan tolong ingat dan resapi bagian terpenting ini (Hisab) , karena disinilah penyeleksian antara seorang pengabdi dan seorang pembangkang dilakukan. Siapa yang layak mendapati surga , maka ia akan menempatinya . Dan yang layak tinggal di neraka, mereka juga akan menempatinya. Naudzubillahi mindzalik.
Setiap manusia pada dasarnya akan sampai kefase ini. Mau tidak mau, bersedia atau tidak, siap atau belum. Fase ini akan datang sebagaimana yang telah ter” setting” di buku kehidupan , dilauhul Mahfudz. Tak ada yang mampu mencegah kehadirannya dan tak ada yang mampu mempercepat kedatangannya. Ianya akan menjemput tepat waktu, sesuai dengan takdir yang telah digariskan .
Allah
swt. Berfirman :
"Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati" (QS. Ali 'Imran : 185).
Kematian memang akan mendatangi setiap kita. Ini
perkara pasti dan akan terjadi. Nah, sekarang masalahnya ada pada kita. Mau
kita apakan kehidupan dunia yang cuman sekali dan tak ada gantinya ini ? Sibuk
dengan keduniaan ? Sibuk dengan akhirat ? atau malah menyeimbangkan dunia dan
akhirat ?
“Hingga kelak bila maut telah datang kepada masing-masing mereka, dia akan berkata: Tuhanku; kembalikan sajalah aku ke dunia. Supaya aku kerjakan amal yang shalih, yang dahulu telah kutinggalkan. Tidak sekali-kali! Itu cuma kata-kata yang diucapkannya saja. Sedang di belakang mereka telah ada barzakh (dinding pembatas), sampai kelak kepada hari mereka akan dibangkitkan. (Q.s Al Mukminun : 99-100)
Al-Qur’an
adalah Kalam Allah. Semua yang tertulis didalamnya adalah hal hal kebenaran
yang pasti akan kita dapati nanti. Nah, berkaca dari ayat diatas, sangat jelas
sekali dikatakan bahwasanya nanti akan ada sekelompok orang yang akan meminta
untuk dikembalikan kedunia (lagi). Tujuan permintaan ini ialah agar ia punya
“kesempatan kedua” untuk melakukan pengabdian dan ketaatan. Namun, apakah
permintaan mereka dikabulkan oleh Allah ? Apakah kesempatan hidup untuk kedua
kalinya bisa mereka dapati ? Jawablah
dalam hatimu, karena saya yakin bahwa setiap muslim sudah tau dan dapat
menjawab ini semua dengan benar. :)
Sebagaimana
Firman Allah yang telah tercatat diatas, saya ingin mengajak pembaca sekalian
untuk merenung dan berpikir secara seksama. Berharap agar kebenaran dalam
rongga dada dapat menggetarkan keimanan. Hingga hijab yang dulu menutupi qolbu
bisa tersibak dan akhirnya melahirkan perbuatan perbuatan yang ber-aroma
kebaikan dan bernuansa kebenaran. Jalan yang melenceng berubah haluan ke arah
lurus. Dan akhlak keburukan berganti dengan sifat sifat yang terpuji.
Sekali
lagi silahkan renungkan dan pikirkan dengan seksama . Namun sebelum itu, saya
harap pembaca juga hadirkan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang akan
ditimbulkan nanti . Oke, sudah bisa kita mulai ?
Yap.
Kita Mulai ..
1. Bukankah
Al-Qur’an adalah Firman Allah yang tidak ada sedikitpun keraguan padanya ?
2. Bukankah
Al-Qur’an adalah petunjuk yang selalu mengatakan kebenaran dan tak ada dusta
didalamnya ?
3. Apakah
kita meragukan Firman Allah diatas yang menggambarkan bahwa “akan ada golongan
yang meminta dihidupkan kedunia (lagi)”?
4. Bukankah
Al-Qur’an adalah kitab yang menjelaskan kebenaran ?
5. Lantas
jika ianya telah digambarkan didalam Al-Qur’an, Bukankah ini merupakan pemberitaan
kebenaran ?
6. Jika
Al-Qur’an sudah berkata demikian, bukankah “ Semakin memberikan kepastian bahwa
akan benar benar ada golongan yang menyesal” ?
Nah, setelah
menjawab rangkaian pertanyaan diatas. Maka semuanya sekarang bergantung pada
diri kita sendiri. Mau ditempatkan
dimanakah kita nanti ? Apakah kita mau ditempatkan dalam golongan orang mukmin
yang tak meminta dihidupkan (lagi) lantaran surga telah berhasil direngkuh ?
Ataukah kita malah termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang nantinya
minta dihidupkan kembali kedunia karena tak banyak membawa bekal ? Jalan mana
yang kita pilih?
Dan untuk menjawab pertanyaan lanjutan
diatas, Saya yakin dan percaya , tentunya kita akan memilih jalan pertama,
yakni golongan mukmin yang sudah banyak
bekal amal dan dihadiahi surga . Namun, ingatlah saudaraku. Pilihan hanyalah
angan-angan jika tak ada realisasi nyata untuk benar benar lakukan pengabdian
.Pilihan hanyalah lintasan jawaban pikiran, jika tak ada pembuktian untuk
mewujukan jalan pilihan yang kita pilih. Bagaimana mungkin kita bisa menempati
surga, jika yang cenderung kita lakukan adalah amalan amalan penghuni neraka ?
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila hari kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", Sambil mereka memikul dosa-dosa mereka di atas belakang . Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu.”[Surah Al-An'aam 25-31]
Setiap manusia akan menamatkan
kehidupan. Namun yang perlu sama sama kita pikirkan ialah “ingin kita akhiri
dengan title apakah akhir kehidupan kita” ? dengan title “hamba yang bertaqwa“ ?
atau malah title “kemunafikan” ?
Maka dari itu, teruntuk para
hamba hamba Allah yang masih punya kesempatan untuk lakukan pengabdian. Terus
persiapkanlah pundi amalan kita, karena kematian datang tanpa pandang kesiapan
kita. Terus bergegaslah menuju-Nya , karena kematian tidak akan menunggu
kesediaan kita untuk meninggalkan alam kefanaan ini. Perbanyaklah ketaatan
kepada-Nya, karena kematian tidak akan bertanya mau tidaknya kita dijemput. Ia akan
datang tanpa kita minta sekalipun, Kitalah yang harus bersiap siaga. Karena mau
tidak mau kita akan bertemu dengannya. Pasti !
Kehidupan hanya sekali dan tak
ada sesi keduanya. Sekali kita gagal mengabdi, maka kita akan gagal mendapati
kehidupan yang baik nanti. Rencanakanlah kehidupan kita ,agar setiap waktu yang
terlewati disini bisa kita habiskan untuk menambah banyak tabungan amal
kebaikan. Bekerjalah agar matinya kita tetap dapat dikucuri pahala pahala
amalan jariyah. Tak terbayangkan indahnya bukan, jika kematian itu datang
menjemput saat kita dalam kondisi beriman ? Kesakitan pemisahan ruh dari jasad
berujung dengan balasan surga yang telah menanti untuk ditempati. Indah :)
Hidup hanya sekali dan jangan
sampai timbulkan penyesalan di akhir masa. Tingkatkan pengabdian pada-Nya dan
hentikan pembangkangan . Teruslah mendekati-Nya dan jangan pernah sedikitpun menjauh.
Taat dan taatlah, sampai benar benar telah kita pastikan bahwa surga telah
mencatatkan nama kita, sebagai seseorang yang akan menghuninya nanti.
Ber-Amal-lah :)
“Ya Allah, jadikanlah kami setiap hari dalam setiap segi , menjadi lebih baik, lebih baik dan lebih baik… “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya” (91:9-10)
0 komentar:
Posting Komentar